Selasa, 30 Juni 2009

Jadikan Jakarta Pusat Belanja Dunia

Jadikan Jakarta Pusat Belanja Dunia
Oleh : Abun Sanda

KOMPAS/LASTI KURNIA
/
Artikel Terkait:
• Jangan Biarkan Mereka Merana di Tepi Sungai
• Ayolah, "Kembali ke Kota"
Kamis, 25 Juni 2009 | 17:23 WIB
KOMPAS.com — Ada hal yang tampak fantastik dari beberapa peristiwa di pusat belanja modern di DKI Jakarta dua tahun terakhir ini. Sale yang digelar pelbagai mal mendapat perhatian luar biasa dari publik. Pesta diskon itu menjadi semacam panggung hiburan bagi para pemilik uang.

Sebagian di antara masyarakat tipis saku pun suka datang untuk menikmati pelbagai suguhan yang digelar secara gratis. Mereka duduk-duduk menyaksikan keramaian sambil menikmati kudapan yang dibawa dari rumah.
Masih segar dalam ingatan kita betapa besarnya animo masyarakat ketika Crocs menawarkan pesta diskon beberapa pekan silam di Senayan City. Panjang antrean manusia selama hampir sepekan, rata-rata mencapai dua kilometer sampai dua setengah kilometer. Kota-kota yang dikenal sebagai pusat belanja kelas dunia, seperti New York, Paris, London, Hongkong, Singapura, dan bahkan Dubai, tidak pernah "segila" ini konsistensi antreannya. Omzet penjualan sepatu dan sandal yang setelah diskon rata-rata di bawah Rp 500.000, mencapai puluhan miliar rupiah.

Fenomena berikutnya adalah pesta diskon tengah malam di Senayan City. Pesta belanja ini pun luar biasa. Sambutan publik amat ramai. Lalu lintas kendaraan pada hari kedua, pada pukul 23.58, mencapai 13.136 kendaraan. Ini naik tajam dibanding periode yang sama tahun lalu, sebanyak 12.172 kendaraan.

"Ini rekor baru. Setelah jam itu, mal masih amat hiruk pikuk oleh arus pengunjung. Pesta belanja ini terasa fenomenal," ujar Direktur Komersial Grup Agung Podomoro Veri YS.

Menurut dia, mal memang harus selalu menciptakan kreasi untuk menampilkan arus pengunjung amat besar. Kreativitas yang cerdas, jernih, dan orisinal selalu dihargai masyarakat. Hal yang patut digarisbawahi dari dua peristiwa itu adalah pertama, betapa kuatnya kekuatan pasar domestik, dan betapa ekonomi Indonesia masih sangat baik sehingga sebagian masyarakat masih mempunyai energi berbelanja.

Di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, dan Jepang, daya beli sungguh anjlok. Di beberapa kota yang menjadi ikon kota belanja, seperti Hongkong dan Singapura, pengunjung mal menurun.
Beruntung ekonomi Indonesia cukup kokoh sehingga kekuatan untuk berbelanja masih kuat. Energi tersebut memang lebih dahsyat karena penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa (25 juta jiwa di antaranya berdomisili di DKI Jakarta dan sekitarnya).

Banyak kalangan kurang happy dengan situasi ini sebab terkesan mengajak masyarakat menjadi konsumtif. Pendapat ini ada benarnya. Akan tetapi, yang juga patut diketahui, nafsu berbelanja itu pada gilirannya menggairahkan bisnis ritel, menghidupkan ekonomi. Yang patut dijaga adalah irama belanja. Jangan sampai, gairah belanja menjadi kebablasan. Kedua, besarnya pasar domestik itu mestinya dimanfaatkan untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat belanja kelas dunia.

Jakarta memiliki puluhan mal atau plaza berkualitas internasional. Datanglah, dan mainlah misalnya ke Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Senayan City, Plaza Senayan, Mall of Indonesia, Mal Pondok Indah, Pacific Place (DKI Jakarta), dan Plaza Tunjungan di Surabaya. Semua pusat belanja tersebut sangat mencerminkan sentra belanja kelas dunia. Produk yang dijual keren, dan harga bersaing. Mal-mal tersebut sungguh tidak kalah berkilau dibanding misalnya Paragon, Isetan, CK Tang, dan Takashimaya di Singapura, atau Sogo, Times Square, dan Pacific Place di Hongkong.

Hal yang perlu dilakukan adalah pemasaran. Kiat perlu dipertajam agar dunia melihat Jakarta sebagai surga belanja dunia: banyak pusat belanja yang nyaman, penuh barang berkualitas, sarat atraksi yang atraktif. Bedanya, Indonesia tidak atau belum tergerak bertindak habis-habisan. Mestinya perusahaan penerbangan dalam negeri membantu mempromosi. Seyogyanya biro-biro perjalanan menempuh langkah strategis untuk mengajak publik dunia datang ke Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lain untuk berbelanja. Para gubernur pun hendaknya lebih aktif mewujudkan harapan ini.

Mestinya kalangan pariwisata, dan perdagangan memainkan peran lebih signifikan untuk hal ini. Lihatlah, perusahaan-perusahaan penerbangan di Malaysia dan Singapura, juga Thailand, berpromosi habis-habisan untuk menarik warga sejagat datang ke negara tersebut. IN mestinya menginspirasi kita melakukan hal yang sama. Atau kalau tidak ingin meniru, ciptakanlah kreasi yang lain. Negara ini punya banyak ahli pemasaran, satu di antaranya sudah kelas dunia, Hermawan Kartajaya. Sebaiknya, pikirannya dimanfaatkan untuk tujuan ini.

Aspek lainnya, mal dan plaza di Jakarta, juga kota lainnya, bersatulah untuk merealisasikan asa Jakarta kota belanja dunia. Misalnya, kalau bikin diskon gede-gedean, sebaiknya dilakukan seirama, bersama-sama dan serentak. Diskon tengah tahun sama-sama dilakukan dengan spirit tinggi. Pesta diskon tengah malam dan sale besar-besaran semacam Crocs juga dilakukan bersama-sama. Kalau seperti ini, rasanya keinginan menjadikan Jakarta surga belanja dunia akan terpenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar